Friday, March 25, 2022

Regret; too late

 

.
.
.
It's sound selfish but it is what it is.

Aku mendekati orang yang salah semasa kuliah. Bisa dibilang, aku memilih lingkaran yang salah. Namun, pada saat yang sama, aku memang tidak berkapasitas untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang-orang 'hebat' -atau yang dalam definisiku, setidaknya.

Selama yang kuingat, sirkelku lebih suka mencemooh. Memang tidak separah lingkaran sebelah (menurut padanganku, bahkan saat ini pun benar dan salah sudah tidak bisa aku bedakan lagi. Semuanya baur, atau bisa kubilang, aku selalu merasa semuanya salah di padangan orang lain, dan aku tidak mempercayai diriku sendiri), tetapi tetap saja, mereka terlalu sering menanggap segala sesuatu yang bersifat preparatif tidak berguna.

Misalnya, masih teringat bagaimana mereka menganggap trello tidak berguna.

Buktinya? Jika pekerjaan kami linear dengan jurusan, semua itu berguna.

Aku benar-benar tidak pernah menyesal seberat ini seumur hidupku. Empat tahunku yang panjang, namun singkat. Empat tahunku yang mahal, yang menguras darah dan daging orangtuau, sampai habis air garam dari tubuh mereka. Empat tahunku dari tahun-tahun yang akan aku lalui ke depannya.

Semua kesadaran bahwa sesuatu dapat membantuku, baru disadari setelah melalui masa dorman.

Memang aku memilih lingkaran yang salah dan lingkaranku bukanlah untuk disalahkan. 

Sebagai individu yang berbpartisipasi dalam lingkaran sosial yang di masa mendatang tidak membawa manfaat, aku ingin berteriak, menganggap teriakanku akan memecahkan aku, mulai dari kaki, badanku, hingga akhirnya kepalaku, dan aku benar-benar menghilang.

Tuesday, March 15, 2022

The end of loser

 

 
|

To run away from trouble is a form of cowardice and, while it is true that the suicide braves death, he does it not for some noble object but to escape some ill

|

Itulah yang konon dikatakan sebagai bentuk-bentuk kepemimpinan Aristoteles. Mungkin benar, mungkin tidak, karena orang mati tidak berbicara. Kebetulan aku sedang membaca tautan afiliasi yang menarik perhatianku ketika sedang membaca Layla dan Majnun.

Baris demi baris aku amini, sampai aku mendapati kalimat yang kalian lihat di awal.

Kurang lebih website asal tulisan tersebut menerjemahkan seperti ini (aku gubah berdasarkan ingatan):

"Ciri seorang penakut yaitu lari dari masalah, dan meskipun benar adanya bunuh diri adalah bentuk dari keberanian, ada orang yang melakukannya bukan demi harga diri namun lari dari hal yang tidak dia sukai"

Dan aku pun terdiam, memikirkan pikiran-pikiran egoisku selama ini.

Mungkin benar, selama ini aku mengharapkan kematian karena aku tidak sanggup menjalani hidup. Bukan tidak sanggup karena buntu, tapi aku tidak mau berusaha. Usahaku, jauh dari kata yang dapat dikatakan bersungguh-sungguh. Lalu ketika aku membandingkan keberhasilkanku dengan orang lain,yang hinggap di pikiranku bukanlah "Aku harus berusaha lebih keras dari ini", tetapi "Aku tidak berguna,aku sampah, aku harap aku mati."

Aku, kutanya pada diriku sendiri, ingin mati untuk siapa?

Apa kematianmu memperbaiki dunia? Atau meninggalkan duka? Atau menyakiti orang?

Apapun itu, kalimat tadi sungguh membuatku tersadar.

Mungkin juga karena aku punya apa yang mereka sebut privelege, apapun itu, aku ingin terus hidup, memperjuangkan nafasku, darahku, ekistsensiku, hingga aku pantas dihampiri kematian tanpa ada penyesalan yang terlambat.

Saturday, March 12, 2022

Iri


|

Sumpah, aku udah tertinggal banyak dalam kehidupan. Aku baru saja melemparkan hapeku ke kasur, setelah melakukan aktivitas menguntit seorang kawan facebook. Sungguh kami tidak saling mengenal, hanya bertukar sapa beberapa kali saja di messenger sebelum dia memutuskan bicara denganku tidak nyambung dan membosankan. Di laman profilnya aku mendapati dia berinteraksi dengan banyak orang sekaligus... Hal yang belum pernah aku alami lagi. Betul, aku pernah mengalaminya di masa lalu. Membalas pesan teman, tidak hanya satu orang, melainkan banyak. Percakapan mengalir, belum terputus karena masih terus disambung. 

Mendapati itu, aku cuma bisa iri. Aku sudah mencoba berbagai cara, supaya aku setidaknya punya banyak teman di facebook. Hanya, aku memang tidak tahu cara yang tepat dalam menjalin relasi. Bahkan dengan teman satu ketertarikan dan hobi saja aku tidak bisa berkawan! Benar-benar membuatku frustasi. Awalnya aku memutuskan hijrah ke facebook bodong ini supaya bisa mengais pertemanan dari orang-orang yang satu interest. Lihatlah, semua postinganku selalu flop, orang selalu memutuskan pembicaraan atau menganggapku orang lalu. Aku sudah menjulurkan tanga, menawarkan pertemanan, tapi apa yang salah dariku? Apa yang kurang? Tolong beri tahu aku, aku lelah. Aku lelah sendirian!

Sudahi, jika bukan kesepianku, maka sudahilah aku.